Beranda » Pelaku Ekonomi » Covid-19: Dilema bagi Pelaku Ekonomi Pasar Tradisional

Covid-19: Dilema bagi Pelaku Ekonomi Pasar Tradisional

Blog

PEREKONOMIAN INDONESIA

Artikel dan Berita Pilihan

 

Blog ini dibuat sebagai upaya membantu para mahasiswa memperkaya pengetahuan dan pemahamannya tentang materi kuliah Perekonomian Indonesia.

Semoga bermanfaat.

Suprapto Estede

Covid-19: Dilema bagi Pelaku Ekonomi Pasar Tradisional

KONDISI perkembangan terkini pandemik global Covid-19 menjadi buah simalakama bagi pelaku ekonomi di pasar tradisional.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Garut (Drs. H. Nia Gania, M.Si) misalnya, tidak menampik dampaknya sudah dirasakan pada ekonomi mikro di lapangan.

Ada gejolak sosial yang terjadi. Menurutnya pengaruh kondisi saat ini berdampak pada 15 pasar kabupaten dan 73 pasar desa yang ada di Garut. Bila tidak diantisipasi bisa menimbulkan kerawanan sosial.
“Kami dari Disperindag Kabupaten Garut yang membawahi Industri dan perdagangan yaitu Pasar Tradisional akan segera melakukan langkah konkrit dengan mengandeng APPSI, KADIN dan Forum IWAPPA terkait kegaduhan di pasar tradisional saat ini,” katanya.

Diakuinya, sangat dilematis. Di satu sisi, masyarakat membutuhkan pasar sebagai tempat ekonomi. Namun di sisi lain pasar juga tempat berkumpulnya orang untuk berbelanja.
“Baru ada kabar hoaks saja yang menyebutkan pasar ditutup sudah resah, belum lagi dampak ekonominya, kita akan segera bentuk tim gugus tugas dan saya akan segera laporkan kepada pimpinan saya dalam hal ini Bupati Garut,” ujarnya Rabu (25/3/2020).

Menanggapi hal itu Sekretaris Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Garut, Yudi Setia Kurniawan menyarankan Dinas dan Pemda membuat skenario terburuk terkait ekonomi ketika wabah virus ini dua bulan ke depan belum berakhir.
“Walaupun tidak dibayangkan atau janganlah, kita semua pihak Pemda, APPSI, KADIN harus menyiapkan langkah-langkah skenario terburuk apabila pasar ini dinyatakan lockdown oleh pemerintah pusat dan provinsi, baru dua minggu saja dampaknya parah stagnasi daya beli,” katanya.

Ketua KADIN Garut, H. Yudi Nugraha Lasminingrat dalam jangka pendek sudah melakukan langkah konkret. Menurut dia, langkah itu salah satunya pembagian hand sanitizer dan masker kepada pelaku usaha mikro menengah.
“Kami sudah bergerak mengantisipasi hal ini dengan karya nyata kami telah membagikan hand sanitazer kepada para pelaku UKM, dan rencanya kami juga akan mengelar Baksos di pasar Guntur dengan membantu IWAPPA Pasar Guntur untuk pengadaan hand sanitizer, masker, dan disinfektan untuk ke depan, kami siap bekerja sama dengan semua pihak,” ujarnya.

Untuk mencegah lemahnya daya beli masyarakat KADIN meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dalam hal ini Bupati Garut agar segera merealisasikan proyek-proyek atau kegiatan yang bersifat penunjukan langsung baik DAU atau banprov untuk segera diluncurkan.

Diskusi terfokus yang diikuti para pemangku kebijakan dan elemen terkait itu dihadiri sedikitnya 30 orang yang mewakili Disperindag, Bidang ekonomi Setda, Kesra Setda, Dinas Kesehatan, BPPD dan element masyarakat yang tergabung dalam APPSI, KADIN dan Forum IWAPPA.
Kenyataan di lapangan menunjukkan pula bahwa para pelaku ekonomi pasar tradisional di daerah-daerah yang lain kurang lebih juga mengalami dilema yang sama.

Pandemik Covid-19, Dilema bagi Pelaku Ekonomi Pasar Tradisional Kabupaten Garut


Tinggalkan komentar

Arsip

Blog Stats

  • 7.895 hits